una

Rumpang Episode Terakhir : Rekonsiliasi Part of The Book of Us


“Habis ini saya ada jadwal apa lagi?” Tanya Jungkook kepada sekretarisnya, tangannya sibuk melonggarkan dasi yang semakin lama semakin terasa mencekik. “Meeting dan makan malam dengan Elijah Malakai kan?”

“Eh...” bukanlah jawaban yang Jungkook pikir akan keluar dari mulut sekretarisnya, otomatis Jungkook mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk untuk membaca dokumen, alisnya terangkat.

“Ada apa?” Jungkook bertanya untuk memastikan.

Sekretarisnya mengusap leher gugup. “Anu Pak...” Jawabnya meracau.

“Apa?” Ulang Jungkook.

“Jadwal Bapak untuk hari ini mulai dari pukul empat sampai selesai reschedule.” Sekretarisnya akhirnya menjawab setelah kesulitan mencari kata yang tepat.

Keningnya otomatis mengkerut karena bingung. “Reschedule? Saya ga minta reschedule hari ini.” Ucap Jungkook.

Jungkook bukan orang yang terlalu tegas, bukan juga orang yang mudah marah, bahkan bisa dibilang lembut karena terbiasa berbibcara dengan anaknya di rumah. Mungkin karena aura Jungkook yang terlalu mendominasi, mungkin juga karena suaranya yang turun satu oktaf dari biasanya karena kelelahan, sekretarisnya menjadi semakin menciut.

“Anu pak...” Katanya lagi, “Pak Wonwoo yang minta.”

Jungkook semakin mengerutkan keningnya. “Pak Wonwoo?” Tanya Jungkook.

Sekretarisnya mengangguk pelan, ia tahu kalau bosnya ini bukan seseorang yang mudah membatalkan janji kecuali kalau ada keperluan mendesak yang benar-benar tidak bisa ia tinggalkan. Jadi tidak heran kalau air muka bosnya sekarang kurang enak dan kebingungan.

Jungkook akhirnya mengangguk, mengiyakan. “Ya sudah kamu boleh pulang juga kalau begitu, Jen. Thank you.” Kata Jungkook.

Jennifer mengangguk sekali lagi sebelum berpamitan untuk kembali ke meja kerjanya dan bersiap-siap untuk pulang.

Jungkook menghela napasnya dengan panjang entah untuk keberapa kali hari ini. Jadwalnya bekerja selama dua minggu kacau karena ada beberapa masalah di kantor, ia pergi untuk bekerja pada pukul tujuh pagi dan kembali ke rumah larut malam, tidak jarang juga ia memutuskan untuk menginap di kantor karena pekerjaannya yang benar-benar tidak bisa ia tinggalkan.

Jungkook membuka ponselnya yang sejak tadi dalam mode Do Not Disturb dan menemukan pesan dari kakaknya, Jeon Wonwoo, berada pada notifikasi paling atas.

Kak Wonwoo : Pulang

Kak Wonwoo : Minta ampunan sama suami lo

Kak Wonwoo : Gue udah susah payah ngebujuk sekretaris lo nih

Kak Wonwoo : The Hong Joshua asked me, and i need to make it happen you know, to prove my power

Kak Wonwoo : You can thank me later

Kak Wonwoo : Anak lo dibawa sama Joshua, nanti malem dianter pulang or sleep over at his place idk, don't worry okay?

Kak Wonwoo : Jangan buang-buang waktu

Kak Wonwoo : Good luck


Adalah Taehyung yang terkejut ketika menemukan suaminya duduk di atas ranjang mereka dengan laptop di atas pangkuan, entah sedang mengerjakan apa. Taehyung baru sampai di rumah pukul tujuh malam, sedikit melebihi estimasi waktu yang ia beri tahu kepada sepupunya, Joshua. Ia juga melupakan rencana Joshua untuk membantunya dan Jungkook berbicara karena hari ini banyak yang harus ia urus.

Setelah menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan, Taehyung berjalan ke arah walk in closet untuk bersiap-siap membersihkan dirinya setelah seharian berkegiatan. Pandangannya ia alihkan pada apapun selain kepada Jungkook yang sejak Taehyung masuk ke dalam kamar memperhatikan setiap inci gerak-geriknya.

Temperatur ruangan menjadi sangat dingin karena keduanya masih belum ada yang berbicara, ketidaknyamanan nyata adanya karena mereka hanya melakukan kegiatan masing-masing tanpa ada percakapan hangat seperti sebelum dua minggu lalu. Tidak ada Taehyung yang langsung menghampiri Jungkook dan mencium bibirnya hingga basah dan bengkak, tidak ada pelukan hangat yang menyambut Jungkook, tidak ada usapan sayang yang mereka tukar.

Setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Taehyung yang tidak mempunyai keberanian sama sekali untuk menghadapi suaminya memutuskan untuk keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk mengambil jus sebelum Jungkook memanggil namanya.

“Tae...” Kata Jungkook lembut.

Taehyung menegang, tangannya yang tadi akan membuka pintu berhenti. Tanpa membalikkan badannya, ia menjawab, “Hmm...”

Untuk beberapa detik tidak ada balasan apapun dari Jungkook, tapi Taehyung merasakan kedua pundaknya disentuh, lalu badannya berbalik. Berdiri Jungkook di hadapannya dan ketika tinggi badan mereka sama, yang otomatis ia lihat adalah wajah suaminya. Menatapnya dalam kedua matanya dan tidak berkedip. Wangi tubuhnya yang familiar merasuk ke dalam hidung.

Taehyung diam bergeming dan berjalan mengikuti ketika tangannya diraih dan ia diarahkan untuk duduk ujung di ranjang mereka, masih tanpa ada percakapan apapun. Setelah dudukpun genggaman tangan mereka tidak terlepas, Taehyung merasakan telapak tangan Jungkook yang hangat itu mengeratkan genggamannya dan jempolnya yang membuat lingkaran-lingkaran kecil di atas kulit.

I'm sorry.” Mulai Jungkook, kini ia mengarahkan kedua tangannya untuk meraup kedua tangan Taehyung. “I'm so sorry.” Lanjutnya.

Taehyung merasakan matanya berair, pelan-pelan memenuhi bola matanya sebelum akhirnya tidak bisa ditampung dan jatuh perlahan menuruni pipinya. Semua perasaan yang ia sembunyikan selama dua minggu kembali muncul ke permukaan dan membuatnya menjadi sangat emosional.

Jungkook menatap suaminya dengan sendu, ada banyak penyesalan yang timbul dan kalau perlu ia akan bersimpuh di hadapan Taehyung sekarang. Pada kenyataannya Jungkook membutuhkan Taehyung, pada realisasinya Jungkook tidak bisa berfungsi tanpa Taehyung, pada dasarnya di hidup Jungkook harus selalu ada Taehyung.

“Maaf karena ucapan aku kemarin, maaf karena aku ga mikirin perasaan kamu dan udah ga menghormati kamu sebagai suami aku dan juga papanya Jina. Maaf juga karena butuh waktu dua minggu untuk aku minta maaf.” Kalau masih bisa dan mungkin, Jungkook mengeratkan kembali genggaman tangannya. Suara Jungkook bergetar menahan tangis. “I'm sorry for everything.

Tubuh Taehyung semakin merunduk seiring tangisnya bertambah kencang, tubuhnya seakan mengecil. Ia tidak bisa menjawab ungkapan permintaan maaf suaminya karena tangisnya semakin menjadi, Taehyung hanya mampu menjawabnya dengan anggukan kecil.

Jungkook menggiring Taehyung untuk berbaring di ranjang mereka dan pelan-pelan membawa tubuh suaminya ke dalam pelukan, otomatis Taehyung membalas pelukan Jungkook. Jungkook mencium kening Taehyung lama, dengan penuh kasih sayang, dengan penuh doa dan harapan, mengulang-ulang kata maaf disetiap detiknya.

“Kamu lebih dari apapun untuk aku, Taehyung. Kalau ga ada kamu, aku bisa mati rasa dan ga berfungsi. Aku butuh kamu di setiap detik hidup aku, aku dan Jina butuh kamu sebagai Pops yang kasih sayangnya ga pernah habis. Maaf untuk kata-kata aku kemarin, I really, really, didn't mean everything that I have said. I fucked up, and I'm so sorry. Maaf kamu harus nunggu dua minggu buat dengar permintaan maaf dari aku dan itupun butuh bantuan dari banyak orang. Aku punya tanggung jawab di kantor, mungkin kesannya aku kaya sembunyi dibalik kesibukan aku dan menelantarkan keluarga. Aku salah, dan aku minta maaf. Maaf, Taehyung, maaf.”

Isak tangis Taehyung semakin mengencang, dadanya bergetar, tangannya semakin erat memeluk Jungkook, meremas baju yang sedang suaminya pakai, berpegangan seakan Jungkook akan hilang kalau pelukannya ia longgarkan barang sedikitpun.

Keduanya tidak ada yang berbicara lagi, hanya terdengar hembusan napas masing-masing dan Taehyung yang mencoba untuk menenangkan diri. Dengan suara serak, ia berbicara. “Aku minta maaf juga...” Katanya pelan.

Jungkook menggeleng dengan kencang hingga kedua tubuh mereka yang berdekatan ikut bergoyang, lalu merapalkan kata maaf berulang kali sambil mengecup kening Taehyung penuh sayang.

It's okay, kecelakaan, Taehyung. Bukan salah kamu. Maaf. Aku minta maaf.” Ulang Jungkook berkali-kali.

Kalau bisa, Jungkook ingin menghapus ingatan Taehyung tentang perkataannya yang menyakitkan waktu itu. Kalau bisa, Jungkook ingin mengulang waktu agar ia bisa menghadapi kejadian kemarin dengan kepala dingin. Kalau bisa, Jungkook ingin mendampingi Taehyung di setiap ketakutannya kemarin. Kalau bisa...

I will try to be a better husband for you, and a better father for Jina.

Tidak ada jawaban apapun dari Taehyung karena ia sudah lelah menangis, tapi ia mengangguk lalu mencium dada Jungkook yang tertutup kain baju tidurnya dan semakin mengeratkan pelukannya.

Perlu waktu untuk kembali terbiasa dengan presensi masing-masing, menghilangkan perasaan tidak nyaman yang sebelumnya mengkabuti mereka. Tapi kasih sayang yang dimiliki keduanya pasti bisa mengalahkan apapun karena Jungkook dan Taehyung, saling memiliki.

I love you, Pops. Thank you for being a great husband of mine, and a great Pops for Jina. I love you, always.